Rabu, 12 Februari 2014

Kopaja



Cerita si Kopaja


Yaa....akulah salah satu pengguna Kopaja. 

Tiap hari, dari stasiun Tanah Abang menuju kantor di Kedoya, aku naik kopaja 16 jurusan Tanah Abang-Ciledug. Meskipun terpaksa, karena nggak ada angkutan lain, jadilah aku pake mini bus warna hijau putih ini. Eh...ada sih moda lain yang langsung, ojek! Tapi kalo tiap hari ngojek tanah abang-kedoya bengep juga kalee...
Cerita naik kopaja banyak, seru! Dalam artian positif dan negatif. 
Kalau kepanasan, penuh, kursi sobek, sopir ngebut, kayaknya jadi makanan tiap hari deh.
Pernahlah suatu sore, setelah maghrib, aku pulang kantor naik si 16 ini. Sampai dekat masjid, aku mau turun. Tiba-tiba aku merasa orang di sebelah menyenggol-nyenggol. Refleks, aku mundur. Terlihatlah seorang lelaki paruh baya, dengan tas punggung yang ditaruh depan dada, dengan tangannya sebelahnya tersembunyi belakang tas. Alias ini orang mau nyopet. Aku bentakin, orangnya pucet diliatin orang sekitar. Untung nggak kuteriakin copet, bisa langsung diembat orang banyak tuh. Setelah turun, ada lelaki muda yang nanya-nanya sok peduli, tapi dalam hati aku udah curiga...Ah paling kamu juga temen si copet.
Suatu pagi, ganti ngeliat sopir kopaja yang dipalakin petugas Dishub. Kapan hari, baru naik dekat Blok G, penumpang disuruh turun petugas Dishub karena sewaktu pemeriksaan kelengkapan surat, si sopir nggak bisa menunjukkan surat jalan-yang entah apa itu aku nggak tahu.
Lain kali, setelah Kopaja turun jembatan dekat Pasar Slipi, tiba-tiba jalan Kemanggisan arah Budi Raya macet. Entah kenapa juga, nggak biasanya seperti itu. Namanya sopir ‘kreatif’, tiba-tiba dia banting setir ke kanan, nyebrang separator jalan, masuk ke jalan yang entah deh tembus ke perumahan apa. Trus tiba-tiba sampai di jalan Arjuna Selatan! Kopaja terus, lewat Hotel Mega Anggrek sama Pusri, lewat kolong, sampe deh di Arjuna Utara. Lewat dah!
Kalau Kopaja mau ditertibkan, diganti, apapun itu, buat penumpang ga masalah deh, by terms..
Kalau emang nggak layak jalan mau ditarik, yaa tarik aja. Tapi tiap kali narik satu bis, segera ganti dengan bis yang lain. Karena biarpun antara benci dan cinta kopaja, penumpang butuh angkutan. Hilang satu, itu udah berasa banget deh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar