Selasa, 19 November 2013

Petugas Dishub Mata Duitan??


Petugas Dishub Mata Duitan??


Percaya dengan pernyataan di atas? Ya, percaya sekali.
Suatu pagi, 6 November 2013, aku naik kopaja, dari deket ujung blok G. Muter, sampai di atas jembatan, tiba-tiba kopaja dihentikan petugas dishub.
Turunlah si sopir, dengan seragam yang menyampir di pundaknya. Setelah turun, si sopir ini 'diarahkan' mendekati mobil patroli dishub yang berada beberapa meter di depan angkot yang berhenti depan kopaja. Nggak lama, sekitar 5 menit, baliklah si sopir masuk kopaja dengan muka ditekuk.
"Berapa Bang," aku tanyain dia. Aku duduk depan sendiri,bisa menduga apa yang sedang terjadi. "250 neng," jawabnya. Yaelahh...250 ribu.

Sayang sekali, rencana Pemda DKI untuk menertibkan kopaja ternyata dijadikan ajang basah bagi oportunis di Dishub. Asal diketahui, mobil patroli Dishub tadi pagi adalah B 2755 BQ.
Menyebalkan sekali yaa.. Dan ini bukan yang pertama kalinya, karena sebelumnya aku juga pernah melihat hal seperti ini terjadi, malah aku sempat mengabadikan wajah petugas nakal itu.

Akhir Agustus, aku sedang naik kopaja yang ngetem di dekat hotel Kalisma, Petamburan.
Waktu itu sedang hangat-hangatnya penertiban kopaja yang tidak layak jalan. Kopaja yang kunaiki sudah usang, bagian samping kiri bawah kopaja bolong alias nggak ada kacanya. Lihat kan, bagian samping kopaja pada foto di bawah ini?


Kopaja mulai penuh, tak disangka ada mobil patroli Dishub yang berhenti di depan kopaja yang kunaiki. Dua orang petugas berseragam turun, dan mendekati kopaja. Sopir kopaja gondrong turun, dan mereka berbincang di depan kopaja. Seorang petugas memeriksa surat-surat si sopir. Aku duduk di depan sendiri, jadi bisa melihat dengan jelas kedua petugas tersebut. 



Petugas Dishub memeriksa kelengkapan surat sopir kopaja(28/8/2013)
Tak disangka, si sopir naik ke kopaja dan menyuruh semua penumpang untuk turun. “Mau diangkut,” cuma begitu saja jawabnya ketika penumpang protes. 
Kopaja itu jalan mengikuti mobil patroli Dishub ke arah jalan KS Tubun dan hilang dari pandangan mata di tikungan dekat masjid. 

Ya, tak heran penumpang termasuk protes dan menggerutu. Kopaja 16 jurusan Tanah Abang-Ciledug ini jumlahnya tidak banyak, antar kopaja yang lewat bisa berjarak 15 hingga 20 menit, itupun kalau beruntung. Kondisi mayoritas kopaja juga tak layak jalan, rem, kopling yang entah bagaimana bisa lolos uji KIR, kursi yang sobek-sobek, jendela yang bolong tidak tertutup kaca, dan bodi yang karatan. Tapi, bagaimana lagi, masyarakat butuh, jadi ya mau nggak mau naik moda ini.

Penumpang menumpuk di tempat ngetem kopaja 16 karena tidak ada kopaja yang lewat. Tidak sampai 10 menit, ehhh…kopaja yang tadi, balik lagi ke tempat ngetem. Setelah putaran balik, si sopir berteriak menyuruh penumpang bergegas naik.
“Buruan, ntar kesusul yang belakang,” si sopir ini langsung tancap gas sementara aku dan penumpang lain masih terheran-heran.

“Katanya diangkut bang, kok bisa lepas? Berapa?” ada seorang bapak yang bertanya.

“Gopek nih, kalo gak segitu gak mau,” jawab si sopir.

Nahh..jadiii??????????



Tidak ada komentar:

Posting Komentar