Petugas Dishub Mata Duitan??
Percaya
dengan pernyataan di atas? Ya, percaya sekali.
Suatu
pagi, 6 November 2013, aku naik kopaja, dari deket ujung blok G. Muter, sampai
di atas jembatan, tiba-tiba kopaja dihentikan petugas dishub.
Turunlah
si sopir, dengan seragam yang menyampir di pundaknya. Setelah turun, si sopir
ini 'diarahkan' mendekati mobil patroli dishub yang berada beberapa meter di
depan angkot yang berhenti depan kopaja. Nggak lama, sekitar 5 menit, baliklah
si sopir masuk kopaja dengan muka ditekuk.
"Berapa
Bang," aku tanyain dia. Aku duduk depan sendiri,bisa menduga apa yang sedang terjadi. "250
neng," jawabnya. Yaelahh...250 ribu.
Sayang
sekali, rencana Pemda DKI untuk menertibkan kopaja ternyata dijadikan ajang
basah bagi oportunis di Dishub. Asal diketahui, mobil patroli Dishub tadi pagi
adalah B 2755 BQ.
Menyebalkan
sekali yaa.. Dan ini bukan yang pertama kalinya, karena sebelumnya aku juga
pernah melihat hal seperti ini terjadi, malah aku sempat mengabadikan wajah
petugas nakal itu.
Akhir
Agustus, aku sedang naik kopaja yang ngetem di dekat hotel Kalisma, Petamburan.
Waktu
itu sedang hangat-hangatnya penertiban kopaja yang tidak layak jalan. Kopaja
yang kunaiki sudah
usang, bagian samping kiri bawah kopaja bolong alias nggak ada kacanya. Lihat
kan, bagian
samping kopaja pada foto di bawah ini?
Kopaja
mulai penuh, tak disangka ada mobil patroli Dishub yang berhenti di depan
kopaja yang kunaiki. Dua orang petugas berseragam turun, dan mendekati kopaja.
Sopir kopaja gondrong turun, dan mereka berbincang di depan kopaja. Seorang
petugas memeriksa surat-surat si sopir. Aku duduk di depan sendiri, jadi bisa
melihat dengan jelas kedua petugas tersebut.
Tak
disangka, si sopir naik ke kopaja dan menyuruh semua penumpang untuk turun. “Mau
diangkut,” cuma begitu saja jawabnya ketika penumpang protes.
Kopaja itu jalan
mengikuti mobil patroli Dishub ke arah jalan KS Tubun dan hilang dari pandangan
mata di tikungan dekat masjid.
Ya,
tak heran penumpang termasuk protes dan menggerutu. Kopaja 16 jurusan Tanah
Abang-Ciledug ini jumlahnya tidak banyak, antar kopaja yang lewat bisa berjarak
15 hingga 20 menit, itupun kalau beruntung. Kondisi mayoritas kopaja juga tak
layak jalan, rem, kopling yang entah bagaimana bisa lolos uji KIR, kursi yang
sobek-sobek, jendela yang bolong tidak tertutup kaca, dan bodi yang karatan. Tapi, bagaimana lagi, masyarakat butuh, jadi ya mau nggak mau naik moda ini.
Penumpang
menumpuk di tempat ngetem kopaja 16 karena tidak ada kopaja yang lewat. Tidak
sampai 10 menit, ehhh…kopaja yang tadi, balik lagi ke tempat ngetem. Setelah
putaran balik, si sopir berteriak menyuruh penumpang bergegas naik.
“Buruan,
ntar kesusul yang belakang,” si sopir ini langsung tancap gas sementara aku dan
penumpang lain masih terheran-heran.
“Katanya
diangkut bang, kok bisa lepas? Berapa?” ada seorang bapak yang bertanya.
“Gopek
nih, kalo gak segitu gak mau,” jawab si sopir.
Nahh..jadiii??????????