Letusan Kelud
Baru tau berita Gunung Kelud meletus pagi ini.
Tiba-tiba saja semua heboh. Berita di TV, media online, sosmed. Isinya all about Gunung Kelud.
Sangat mengherankan, karena tidak diduga akan meletus seperti itu.
Dampaknya juga kemana-mana. Tiga bandara ditutup karena terpengaruh abu vulkanik dari
si Kelud ini. Foto-foto yang beredar juga seram.
Tiba-tiba ada kabar presiden mau ke sana.
Hmm... yaa..namanya juga bencana yang berdampak besar di beberapa kota Jatim, DIY dan Jateng, dan sedikit Jabar. Tapiiii...........
Kalo aku pengungsi Sinabung, pasti aku akan sakit hati. Begitulah, kalau bencana terjadi di Jawa,
sepertinya pemerintah cepat tanggap, masyarakat sangat peduli. Mungkin mitigasi bencana di Jawa memang lebih bagus. Mungkin peralatan di sini lebih lengkap. Mungkin informasi bisa beredar dengan sangat cepat di sini. Mungkin .....Mungkin presiden cepat kesini karena tanah kelahirannya pasti terkena dampaknya. Mungkin..........
Tapi, tidakkah sangat terlihat perbedaan yang ada? Berapa lama masyarakat sekitar Sinabung mengungsi hingga akhirnya Presiden kesana? Mengapa masyarakat umum juga tak menaruh perhatian? Mengapa sebagian besar media hanya mengabarkan 'seperlunya' saja? Mengapa baru memperhatikan Sinabung ketika sudah jatuh korban?
Mungkin memang Sinabung jauh dari pemberitaan. Mungkin berita Sinabung kalah seksi dibandingkan mobil-mobil mewah Wawan. Mungkin memang pemerintah lebih tertarik dengan banjir yang menimpa warga di kota istimewa Jakarta. Mungkin memang Sinabung tidak strategis untuk pencitraan. Tapi...mereka juga adalah bagian dari masyarakat Indonesia pembayar pajak yang berhak mendapatkan perhatian dari pemerintah, setara dengan warga di kota lain yang lebih populer.
Jadi, setelah Gunung Kelud meletus, mari kita perbaiki sikap pilih kasih kita.
Jumat, 14 Februari 2014
Rabu, 12 Februari 2014
Kopaja
Cerita si Kopaja
Yaa....akulah salah satu pengguna Kopaja.
Tiap hari, dari stasiun Tanah Abang menuju kantor di Kedoya, aku naik kopaja 16 jurusan Tanah Abang-Ciledug. Meskipun terpaksa, karena nggak ada angkutan lain, jadilah aku pake mini bus warna hijau putih ini. Eh...ada sih moda lain yang langsung, ojek! Tapi kalo tiap hari ngojek tanah abang-kedoya bengep juga kalee...
Cerita naik kopaja banyak, seru! Dalam artian positif dan negatif.
Kalau kepanasan, penuh, kursi sobek, sopir ngebut, kayaknya jadi makanan tiap hari deh.
Pernahlah suatu sore, setelah maghrib, aku pulang kantor naik si 16 ini. Sampai dekat masjid, aku mau turun. Tiba-tiba aku merasa orang di sebelah menyenggol-nyenggol. Refleks, aku mundur. Terlihatlah seorang lelaki paruh baya, dengan tas punggung yang ditaruh depan dada, dengan tangannya sebelahnya tersembunyi belakang tas. Alias ini orang mau nyopet. Aku bentakin, orangnya pucet diliatin orang sekitar. Untung nggak kuteriakin copet, bisa langsung diembat orang banyak tuh. Setelah turun, ada lelaki muda yang nanya-nanya sok peduli, tapi dalam hati aku udah curiga...Ah paling kamu juga temen si copet.
Suatu pagi, ganti ngeliat sopir kopaja yang dipalakin petugas Dishub. Kapan hari, baru naik dekat Blok G, penumpang disuruh turun petugas Dishub karena sewaktu pemeriksaan kelengkapan surat, si sopir nggak bisa menunjukkan surat jalan-yang entah apa itu aku nggak tahu.
Lain kali, setelah Kopaja turun jembatan dekat Pasar Slipi, tiba-tiba jalan Kemanggisan arah Budi Raya macet. Entah kenapa juga, nggak biasanya seperti itu. Namanya sopir ‘kreatif’, tiba-tiba dia banting setir ke kanan, nyebrang separator jalan, masuk ke jalan yang entah deh tembus ke perumahan apa. Trus tiba-tiba sampai di jalan Arjuna Selatan! Kopaja terus, lewat Hotel Mega Anggrek sama Pusri, lewat kolong, sampe deh di Arjuna Utara. Lewat dah!
Kalau Kopaja mau ditertibkan, diganti, apapun itu, buat penumpang ga masalah deh, by terms..
Kalau emang nggak layak jalan mau ditarik, yaa tarik aja. Tapi tiap kali narik satu bis, segera ganti dengan bis yang lain. Karena biarpun antara benci dan cinta kopaja, penumpang butuh angkutan. Hilang satu, itu udah berasa banget deh.
Langganan:
Postingan (Atom)